Rabu, 28 Maret 2012

Kegiatan Rutin Sanggar Seni Perwitasari


?kegiytnFiPe[noF[potegl.

Karawitan
Guru Pengajar
Penabuh Gong
Latihan menari yang diikuti anak-anak
                                     
Pengajar dan murid
Latihan Teater
Penjiwaan karakter sesuai peran



Kamis, 22 Maret 2012

Salah satu murid dari Sanggar Perwitasari


DWIKY PENARI ENDHEL


Dwiky Puspasari
Bela-belain Tari Endhel

Saya ingin mengembangkan tari Endhel. Tari tersebut harus kita bela-belain agar generasi muda kita mau peduli pada jenis tarian produk sendiri. Bukan mengagungkan budaya dari luar manca negara.

ALUNAN suara gending Ombak Banyu dari pita kaset merayap-rayap lewat sound system. Pukulan kendang menderap bertalu-talu. Suasana purba mendadak tercipta begitu muncul sosok penari dengan wajah berlindung di balik topeng. Gerakan wanita itu gemulai menari, mendayu mengikuti hentakan musik. Tangan kanannya kukuh memegangi topeng, sedang tangan kirinya mengibas selendang sutra seolah alat dayung bagi perahu yang berlayar di laut lepas. Dan pacak lehernya yang jenjang bergeleng-geleng menawan hingga pementasan tarian itu berakhir dengan applaus penonton yang menggemuuruh.
Begitulah momen suguhan yang menarik dari penari Dwiky saat mementaskan Repertoar I dari Tari Topeng Endhel, berlangsung pada Malam Pentas Seni di pelataran Kecamatan Tegal Timur dalam rangka Hari Jadi Kota Tegal Ke-429, Rabu (23/4) kemarin.
Dwiky Puspasari, nama lengkap penari itu, mahasiswi Smester Akhir FE UPS Tegal, mengaku amat total menyajikan repertoar itu.
“Membawakan Tari Topeng Endhel butuh waktu panjang dan ketekunan, karena menyedot tenaga, juga lemah gemulai. Minimal bisa menguasai satu repertoar tari Endhel bisa tiga bulan atau duabelas Minggu, tapi itu ya tergantung si anak,” kata Dwiky.
Ia sendiri mengaku membawakan Repertoar I itu dari pencapaian latihan yang dia tempuh selama satu minggu tanpa jeda. Cukup memeras tenaga tapi Dwiky amat suka dan gandrung pada tari tradisional. Lebih-lebih pada Tari Topeng Endhel yang notabene tarian khas Tegal, kepedulian dia amat tinggi.
“Saya mempelajari jenis tarian tradisional karena prihatin. Sejak usia lima tahun hingga sekarang saya masih terus belajar menari sampai kemudian bisa membawakan Tari Topeng Endhel,” paparnya.
Anak semata wayang dari pasangan Ketua RW 03 Mangkukusuman, Herry Susanto dengan Thesis Kistanty itu, lebih jauh mengaku, belajar Tari Endhel karena dirinya masuk pada Sanggar Tari Perwitasari pimpinan Damayanthi. Bahkan sudah lima tahun ini Dwiky masih terus dipercaya untuk bergabung pada sanggar itu. Kemana sanggar itu mendapatkan job tari Endhel, Dwiky menjadi salah satu andalan seperti yang berlangsung pada pementasan di Kecamatan Tegal Timur malam itu.
Tidaklah sia-sia Dwiky berlajar tari Endhel dan bermacam tari Jawa lainnya. Pada tahun 2004, ia merebut Juara I Tari Endhel Tingkat SLTA se-Tegal, juara III Tari Gambyong se-Tegal pada tahun 2004, kemudian pada tahun 2006 dia merebut juara II Tari Endhel Tingkat Umum.
“Saya juga turut berpartisipasi pada Hari Tari Internasional ’24 Jam Menari’ di Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta tahun 2007, termasuk membawakan tari Endhel di PRPP Semarang dan TMMI Jakarta,” katanya.
Pergaulan Dwiky ternyata tidak hanya terpaku pada kelompok tari saja, bersama Damayanthi, dia pun banyak dikenalkan pada dunia teater. Tak mengherankan kalau diapun sering terlibat dalam pertunjukan teater, drama kolosan dan pementasan-pementasan seni yang dikolaborasikan dengan tarian.
“Saya ingin mengembangkan tari Endhel. Tari tersebut harus kita bela-belain agar generasi muda kita mau peduli pada jenis tarian produk sendiri. Bukan mengagungkan budaya dari luar manca negara,” tekat gadis cantik yang punya motto: maju terus pantang mundur itu.
Karena kesuntukan dan keuletan serta prestasi yang dia capai, pada tahun 2009 ini, Dwiky ditunjuk Pemkot Tegal menjadi Duta Seni untuk tingkat Propinsi (LS)

Tari Klasik dalam Pentas Seni Bulanan

logo SUARA MERDEKA

Tari Klasik dalam Pentas Seni Bulanan

DUA bocah dengan dandanan bak pangeran menari di atas panggung di tengah Alun-alun Kota Tegal, Sabtu (19/11) malam. Dengan menggunakan tombak, mereka berperang dengan langkah mengikuti irama yang melantun. Mereka tampil dalam Pentas Seni Bulanan yang diselenggarakan Dewan Kesenian Kota Tegal bekerja sama dengan Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Seni Budaya (Dishubparsenibud).
Tarian yang dibawakan kedua bocah usia SD itu, menurut pembinanya, Sri Damayanti, atau lebih akrab dipanggil Yanti, dinamakan Tari Bugis Kembar.
Tarian tersebut merupakan tarian asal Makassar yang diimplementasikan dalam tari jawa.
Selain Bugis Kembar, ditampilkan juga tari klasik lainnya, yakni tari beskalan. Tarian tersebut dibawakan tiga penari perempuan.
Tari itu merupakan tari penyambutan.
Asal mula tari tersebut, kata Yanti, lulusan Fakultas Seni Pertunjukan Jurusan Seni Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, merupakan tarian dari Jawa Timur yang diadaptasikan dengan budaya Jawa Tengah. "Mulanya tarian dibawakan oleh penari pria karena konon di Malang, Jawa Timur, perempuan tidak diperbolehkan menari. Namun kemudian lambat laun ditampilkan pula penari perempuan dengan topeng. Sekarang, dapat pula ditampilkan penari perempuan tanpa topeng," ujar dia.
Yanti bersama suaminya, Priambodo, dengan latar belakang pendidikan sama, mendirikan Sanggar Tari Perwitasari.
Sanggar yang berlokasi di Jl Sukardi No 32 itu didirikan pada 2003 dan kini mempunyai sekitar seratus siswa.
Majukan Seni
Sanggar tersebut didirikan untuk memajukan seni tari di Kota Tegal.
"Kami merasa prihatin melihat seni tari di Kota Tegal cenderung ketinggalan jika dibandingkan dengan daerah lain seperti Pemalang dan Pekalongan, apalagi Solo dan Yogyakarta," ujar dia.
"Sekarang, alhamdulillah, Kota Tegal cukup diperhitungkan dalam pekan seni yang diselenggarakan setiap tahun. Prestasi terakhir Kota Tegal yang menampilkan tari Bugis Kembar adalah juara II tingkat Karesidenan," tambahnya.



Suara Merdeka







Pengiriman Perawat ke Luar Negeri Tak Terbatas
TEGAL - Peluang kerja perawat Indonesia di luar negeri cukup besar. Itu bila melihat kebutuhan sejumlah negara di Eropa, Timur Tengah, kawasan Asia Tenggara dan AS terhadap perawat tanah air, terus meningkat tiap tahunnya.


Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Provinsi Jateng Dr Mardiatmo SpRad mengungkapkan, selama ini permintaan tenaga kerja (naker) di AS, Inggris, Belanda, dan Norwegia cukup besar.


”Ini karena dedikasi kerja perawat kita dinilai sangat baik. Karena itulah permintaan serupa juga datang dari negara timur tengah seperi Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait. Kalau negara Asia Tenggara, perawat kita banyak bekerja di Singapura dan Malaysia,” terang dia, saat seminar nasional dalam rangka Musyawarah Provinsi (Musprov) VIII Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jateng, di Sebayu Convention Hall, Hotel Bahari In, Kota Tegal, Kamis (2/12).


Sebelum seminar, dia membuka musprov organisasi profesi itu dengan menyulut lampu ”Aladin”. Di acara pembukaan, juga digelar tari topeng Endel yang dibawakan empati wanita penari dari sanggar seni ”Perwitasari” di bawah pembinaan Sri Damayanti, dari Kelurahan Kemandungan, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal.
Kadinkes membuka kegiatan itu, mewakili Gubernur Jateng Bibit Waluyo yang berhalangan hadir. 

Konsep Perawat
Salah satu hal penting yang dikemukakan, menyangkut konsep pendidikan dan kinerja perawat, terutama di Jateng. 


Dia juga menyebut potensi dan peranan perawat yang begitu besar. Tapi masih belum banyak yang mendapat tempat yang semestinya.


”Ini pasti ada yang salah dan harus segera dibenahi. Karena itulah, dalam musprov sekarang, dirinya berharap akan banyak terobosan penting yang bisa mendorong keberadaan perawat ke arah lebih baik lagi,”katanya.


Menyinggung kategori atau persyaratan perawat yang dikirim ke luar negeri, Jateng selama ini cukup selektif dan menerapkan persyaratan yang sangat ketat. Itu dilakukan demi menjaga kepercayaan pihak luar negeri. Salah satu persyaratannya, kata dia, lulus DIII Keperawatan dan pengalaman kerja dua tahun.


Selain itu, usia juga dibatasi. Juga harus memiliki kemampuan berbahasa Inggris. Dengan persyaratan di Inggris dengan skor IELTS 6 atau di AS dengan skort TOEFL 540. Syarat penting lainnya adalah, lolos ujian Nursing Competencies Licence Examination (NCLEX).


Ketua PPNI Jateng Suharsih SKM MKes mengatakan, upaya agar profesi perawat mendapat tempat semestinya, terus diperjuangkan organisasinya. Di sisi lain, tanggung jawab bersama secara profesi terus dikedepankan.


Sementara itu, Musprov VIII PPNI Jateng, akan berlangsung selama tiga hari. Mulai Kamis (2/12) hingga Sabtu (4/12). Hari kedua, musprov akan menggelar laporan pertanggungjawaban Ketua PPNI Jateng periode 2005-2010. 


Pemandangan umum dan sidang pleno, serta pemilihan ketua organisasi itu untuk periode berikutnya.


Hari terakhir, musprov juga masih menggelar sidang pleno. Antara lain untuk pengesahan dan pelantiikan ketua dan pengurus periode 2010-2015. Kemudian penetapan Musprov IX 2015/2016.(D12-45)

Pentas Padepokan Wulan Tumanggal,FTJ,dan Parade Tari



        


 
        
                                                    

    



      


               

Jadwal Kegiatan Sanggar Seni Perwitasari

kali ini kegiatan Karawitan trus berjalan sesuai dengan jadwalnya yaitu pada hari Minggu sore jam 15.30 WIB yang bertempat di Pendopo Balai Kota Tegal.Untuk itu diharapkan jika kalian ingin mengikuti kegiatan tersebut datanglah,dan kalau bisa ajak teman-temanmu supaya mau belajar tentang musik tradisional Jawa yaitu Gamelan . Buat para murid yang tidak bisa hadir mohon kirim alasan (RSVP) ke 081575078088 (Ibu Sri Damayanti).


Translete to English :


this time Karawitan activity then that is going according to schedule on Sunday afternoon at 3.30 pm located at City Hall Tegal.For that is expected if you want to follow these activities, and you can invite your friends to want to learn about the traditional Javanese gamelan music.And for the students who can not attend please send the reason (RSVP) to 081 575 078 088 (IbuSri Damayanti)